Kami berpengalaman bergerak di bidang jasa Birthday Party,menyediakan semua keperluan ULANG TAHUN: MC,BADUT,Sulap,Dekorasi Balon,Dekorasi 3D,Cetak Undangan,Souvenir,Orgen Tunggal,Akrobat,dll. manerima pembuatan BADUT Maskot/BADUT Karakter.kami siap melayani panggilan luar kota. Info lengkap hubungi kami: no hp 085728311334 alamat: Pedan, Klaten, Jawa Tengah
Minggu, 30 September 2018
Inilah Penyebab BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Palu dan Donggala
Beritaterheboh.com - Mungkin banyak yang heran dengan kuputusan yang diambil oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) terkait peringatan dini tsunami di Palu dan Donggala. Saat itu BMKG mencabut peringatan dini tsunami. Namun kenyataannya tsunami tetap terjadi di Palu dan Donggala. Kok bisa?
Sebenarnya hal ini disebabkan oleh berbagai masalah yang timbul saat terjadi gempa di Palu dan Donggala. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Hasanuddin Z Abidin.
Ia menjelaskan, BIG sebenarnya mengelola satu stasiun pasang surut di dermaga Kota Palu. Stasiun pasang surut ini memiliki fasilitas yang dapat mengukur kondisi air laut untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya tsunami. Untuk dapat meneruskan data pasang surut air laut ke BIG atau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi daya listrik di stasiun harus berfungsi.
"Stasiunnya persis di pinggir laut. Online pakai listrik. Sebelum gempa sebenarnya berfungsi tetapi begitu gempa komunikasi listrik mati," jelasnya. Hasan menambahkan, dia sendiri tak tahu nasib stasiun pasang surut, apakah hancur akibat gempa dan tsunami atau masih berdiri.
Jadi intinya ketika daya listrik mati, informasi dan data berhenti mengalir. Kalau situasinya sudah seperti ini, baik dari BIG atau BMKG, tidak ada informasi yang bisa diharapkan. Toh kenyataannya mereka juga buta tentang kondisi yang terjadi di lapangan.
Dari ungkapan Hasanuddin, sebenarnya ada baterai cadangan untuk mengakali bila terjadi hal semacam ini. Namun kenyataannya baterai cadangan juga sama sekali tidak berfungsi setelah terjadinya gempa di Palu dan Donggala.
Sebenarnya masih ada harapan lain ketika stasiun pasang surut tidak berfungsi, yaitu mengandalkan buoy tsunami yang biasanya dipasangkan di dekat lepas pantai. Namun sayangnya khusus untuk di Palu, kita sama sekali tidak mempunya buoy tsunami. Kalau kita melihat situasi diberbagai daerah, buoy tsunami ini juga sering menghadapi banyak masalah. Banyak Buoy tsunami yang justru hilang dicuri oleh masyarakat. Inilah jadinya kalau masyarakat memikirkan perutnya sendiri, tidak memikirkan kepentingan bersama.
Hasanuddin menambahkan bahwa kita perlu buoy tsunami dan back up jika satu tidak berfungsi. Termasuk soal stasiun pasang surut, bagaimana bisa tetap beroperasi dengan baterai cadangan. (kompas.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar